Sebuah jet tempur F-15C Air National Guard Oregon Amerika mengalami masalah ketika melakukan misi penerbangan dengan status waspada pada Rabu 20 Februari 2019 dan harus mendarat darurat di Bandara Internasional Portland dengan kabel penangkap.
Pesawat itu terbang penuh dengan rudal udara ke udara asli yang terpaksa seluruhnya harus ditembakkan ke Samudera Pasifik sebelum kembali ke darat. Sebuah operasi yang tampaknya cukup langka di komunitas F-15.
Pesawat tersebut mengalami masalah roda saat lepas landas dengan salah satu roda utamanya gagal ditarik. Mengutip sumber yang dekat dengan komunitas F-15 War Zone melaporkan Jumat 22 Februari 2019, F-15C akhirnya terbang melintasi Pesisir Oregon dan masuk ke dalam daerah operasi militer yang luas yang sering dikunjungi Eagle dari Portland setiap hari dan menembakkan misilnya dengan lintasan balistik ke laut di bawahnya. Jet hanya terbang sekitar 250 mil per jam karena pembatasan kecepatan akibat roda pendarat F-15 yang tidak bisa ditarik ke dalam.
Rudal itu ditembakkan bukan sekadar dijatuhkan jatuh karena sejumlah alasan. Pertama, rudal underwing tidak bisa disingkirkan tanpa menjatuhkan tiang dan tank sayap pesawat. Kedua, menghantam air dengan kecepatan tinggi akan merusak rudal dengan parah, bahkan bisa menghancurkan total.
Berapa rudal yang ditembakkan? Biasanya, F-15 yang terbang dalam misi siaga akan dilengkapi enam atau delapan rudal. Biasanya konfigurasi semacam itu akan mencakup empat rudal AIM-120C AMRAAM dan sepasang AIM-9X Sidewinders. Atau, mereka akan terbang dengan muatan penuh enam AIM-120 AMRAAM dan dua AIM-9X Sidewinders.
Berikut ini adalah unit biaya yang tepat untuk setiap rudal dan sub-varian yang sedang diproduksi dan / atau saat ini dilakukan oleh F-15C Eagles. Jumlahnya diambil langsung dari berbagai anggaran tahun Pentagon:
- AIM-9X Block II sekitar US$ 408.000 (sekitar Rp5,7miliar)
- AIM-9X Block I sekitar US$ 292.000 (sekitar Rp4 miliar)
- AIM-120D sekitar US$ 1,5 juta (sekitar Rp21 miliar)
- AIM-120C-7 sekitar US$ 1,16 (sekitar Rp16 miliar)
Jadi setidaknya rudal senilai US$4,5 juta atau sekitar Rp63 miliar harus ditembakkan sia-sia dan mungkin anga sebenarya lebih tinggi lagi.
Untuk pesawat tempur yang mengalami keadaan darurat memang harus mengurangi beban semaksimal mungkin termasuk melepaskan senjata, bahan bakar, dan tangki eksternal. Beban pesawat yang lebih ringan dapat membantu kinerja tertentu atau mengurangi masalah mekanis.