Israel dan Rusia akan bekerja sama untuk mengamankan keluarnya pasukan asing dari Suriah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan hal tersebut setelah mengunjungi Moskow untuk melakukan advokasi menentang kehadiran Iran di negara itu.
Ketika Presiden Suriah Bashar al-Assad memukul balik pemberontakan, Israel khawatir bahwa bala bantuannya dari Iran dan milisi Libanon yang didukung Teheran, Hizbullah, akan tetap membentuk sebuah front baru untuk menentangnya.
Israel telah melakukan ratusan serangan terhadap tersangka target Iran dan Hizbullah di Suriah. Operasi-operasi ini sebagian besar diabaikan oleh Rusia, yang melakukan intervensi militer atas nama Assad pada tahun 2015, mengubah gelombang perang.
Netanyahu mengatakan bahwa, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan dengannya telah membuatnya “sangat jelas” bahwa serangan seperti itu akan terus berlanjut, dengan hotline militer Israel-Rusia terus mencegah bentrokan tak disengaja antara kedua negara.
“Presiden Putin dan saya juga menyetujui tujuan bersama – penghapusan pasukan asing Suriah yang datang setelah perang saudara meletus,” kata Netanyahu mengatakan kepada kabinet Israel Minggu 3 Maret 2019 sebagaimana dilaporkan New York Times.
“Kami sepakat untuk membentuk gugus tugas bersama yang, bersama-sama dengan yang lain, akan bekerja mencapai tujuan ini.”
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dalam sebuah wawancara dengan Kuwait News Agency (KUNA) yang diterbitkan pada Minggu, mengatakan situasi di Suriah telah tampak stabil setelah operasi oleh pasukan pemerintah Suriah dengan dukungan udara Rusia.
Namun Lavrov mengatakan masih terlalu dini untuk menyatakan ancaman di Suriah baik oleh ISIS maupun pemberontak telah hilang.