Perancis memutuskan untuk menarik diri dari kompetisi pengadaan jet tempur di Belgia, namun di sisi lain justru menawarkan kesepakatan kerjasama yang jauh lebih luas. Penjualan Rafale hanya menjadi bagian kecil dari kerjasama tersebut.
Rafale dibangun oleh Dassault Aviation Prancis, yang bersaing dengan Lockheed Martin, Boeing F/A-18, Eurofighter yang dipimpin Inggris dan Saab Swedia.
Belgia meluncurkan tender pada bulan Maret untuk mengganti armada pesawat Lockheed Martin F-16 yang telah menua dengan 34 jet tempur baru, dalam sebuah kesepakatan yang bernilai lebih dari 3,5 miliar euro.
Namun kementerian pertahanan Perancis sebagaimana dilaporkan Reuters Jumat 8 September 2017, mengatakan Paris menawarkan sebuah kemitraan yang lebih dari sekadar pasokan peralatan. Penawaran ini akan mencakup peningkatan kerjasama militer antara kedua negara, pelatihan, serta kerjasama industri dan teknis antara perusahaan-perusahaan dari kedua sekutu NATO tersebut. Paris juga akan membantu memperkuat pertahanan Eropa.
Seorang pejabat Prancis mengatakan Paris telah menawarkan kesepakatan tersebut dan bukannya menanggapi tawaran tender, yang ditutup pada Kamis 7 September 2017. Konsorsium Eurofighter dan Lockheed Martin mengajukan penawaran mereka.
Dassault Aviation tidak memberikan komentar segera, dan Kementerian Pertahanan Belgia mengatakan tidak akan berkomentar sampai proses tersebut selesai. Kementerian tersebut mengatakan pada bulan Maret bahwa keputusan akhir akan dibuat tahun depan.
Para pemimpin Uni Eropa awal tahun ini meluncurkan rencana pertahanan mereka yang paling ambisius selama beberapa dekade, menyetujui dana multi-miliar euro.
Perancis terus berjuang untuk bisa memantapkan penjualan Rafale ke luar negeri. Pada 2015 Rafale membuat terobosan dengan menjual 24 pesawat ke Mesir dan 36 ke India. Sejak itu ada pesanan dari Qatar. Namun sampai saat ini Dassault belum bisa menjual pesawat tersebut ke negara-negara Eropa.
Baca juga: