
Klaim soal keberhasilan intersepsi rudal bukanlah hal baru. Akan selalu begitu karena klaim apapun akan sangat sulit untuk dibuktikan. Jadi bebas-bebas saja mereka mengklaim untuk mempertahankan prestise dan kemampuan senjata buatan mereka.
Klaim terbaik dalam hal rudal sangat penting mengingat perang masa kini dan masa depan sangat didominasi oleh kekuatan rudal. Jadi setiap negara berusaha memiliki payung udara terbaik dan klaim kesukesan penting untuk pemasaran senjata.
Kolumnis pertahanan Michael J. Armstrong dalam tulisannya di The Conversation dan dikutip Business Insider pada 2018 menyebut Iron Dome tidak sehebat apa yang dikatakan selama ini.
Iron Dome mulai beroperasi di Israel pada tahun 2011. Sistem ini meraih ketenaran internasional selama konflik Jalur Gaza tahun 2012 dan 2014. Tetapi sebenarnya juga memicu kontroversi tentang kinerja mereka yang sebenarnya.
Setiap sistem Iron Dome termasuk radar, komputer, dan beberapa peluncur. Radar mendeteksi roket yang masuk. Komputer kemudian memperkirakan titik-titik impak. Jika ada roket yang mengancam target yang berharga, peluncur akan menembak jatuh.
Sistem ini menghabiskan miliaran dolar untuk mengembangkan, membangun, dan memuat kembali. Amerika Serikat menyumbang US$ 1,3 miliar untuk mengembangkannya dan baru-baru ini menganggarkan beberapa ratus juta dolar lagi.
Lima sistem Iron Dome digunakan selama Operation Pillar of Defense 2012 melawan Gaza. Mereka mengklaim 421 kali mengintersep roket. Itu adalah 85 persen roket yang mereka gunakan. Para pengamat menyatakan teknologi sebagai “pengubah permainan yang menandai akhir dari roket.”
Sembilan sistem berpartisipasi dalam Operasi Protective Edge. 2014. Mereka mengklaim 735 kali sukses melakukan intersep roket dan mortir atau 92 persen dari total rudal yang ditembakkan lawan.
Skeptisisme tentang intersepsi rudal
Namun, intersepsi rudal sulit dan sering diragukan. Analis juga meragukan klaim sukses Amerika mencegat rudal Irak selama Perang Teluk 1991. Intersepsi rudal oleh Arab Saudi untuk melawan rudal Houthi juga sempat diragukan.
Israel menyebut adanya penurunan tingkat kerusakan property setelah adanya Iron Dome. Israel tidak memiliki interceptors selama Perang Lebanon Kedua 2006. Dalam konflik itu, mereka menderita 6,7 klaim asuransi kerusakan properti per roket.
Angka tersebut turun menjadi 2,9 pada tahun 2012 dan 1,2 pada tahun 2014. Pendukung berpendapat penurunan tajam terjadi setelah kedatangan Iron Dome yang sekaligus membuktikan keberhasilan sistem tersebut.
Tapi perbandingan itu mengabaikan beberapa detail penting. Yang pertama adalah Operasi Cast Lead pada 2008-2009. Konflik itu hanya memiliki 2,4 klaim kerusakan per roket. Sementara saat debut Iron Dome 2011 justru terjadi tingkat kerusakan sedikit meningkat.
Hal kedua menyangkut perbedaan roket. Pada 2006, militan Hizbullah di Lebanon menembakkan ribuan roket artileri Grad ke Israel. Ratusan rudal yang lebih berat memperkuat serangan itu.
Sebaliknya, militan Hamas di Gaza mencampur Grads dengan roket Qassam yang lebih kecil. Hulu ledak roket Gaza hanya sekitar setengah ukuran hulu ledak yang ditembakkan dari Lebanon.
Mengukur tingkat kerusakan relatif terhadap berat hulu ledak dapat untuk menyesuaikan perbedaan ini. Klaim kerusakan per “standar” roket kemudian menjadi masing-masing 4,4, 3,9, 4,3, dan 1,5.
Akurasi tiga angka pretama di atas menunjukkan Iron Dome memiliki pengaruh minimal pada tahun 2012. Tapi penurunan besar berikutnya menyiratkan bahwa itu sangat berpengaruh pada tahun 2014.
Michael J. Armstrong menulis berdasarkan penelitian terbaru yang dia lakukan menunjukkan Iron Dome mencegat 59 hingga 75 persen dari semua roket yang mengancam selama Operasi Protective Edge lima tahun lalu.
Istilah “mengancam” berarti roket menyerang daerah-daerah padat penduduk atau dicegat sebelumnya. Intersepsi mungkin menyelamatkan dana US$ 42 hingga $ 86 juta akibat kerusakan properti. Mereka juga mencegah tiga hingga enam kematian dan 120 hingga 250 cedera.
Persentase itu termasuk roket di mana pun di Israel. Oleh karena itu, klaim tingkat intersepsi 92 persen hanya untuk area yang dipertahankan oleh Iron Dome tampaknya masuk akal.
Sebaliknya, pencegatan di operasi Pillar Defense 2012 tampaknya memblokir kurang dari 32 persen roket yang mengancam. Mereka mencegah paling banyak dua kematian, 110 luka-luka dan US $ 7 juta dalam kerusakan.
Data juga menyiratkan jumlah pukulan roket di daerah yang berpenduduk sangat rendah. Sebaliknya, jumlah roket yang mengancam tampaknya dibesar-besarkan. Tingkat intersepsi yang efektif untuk Pilar Defense mungkin jauh lebih kecil daripada yang dilaporkan 85 persen.
Hasil ini menunjukkan perdebatan Iron Dome telah terlalu terpolarisasi. Penilaian terhadap sistem mungkin sebagian besar adalah symbolis. Tetapi itu kemudian sangat berpengaruh.
Itu kabar baik bagi Israel dan penyandang dana Amerika karena akan membantu meyakinkan calon pembeli Iron Dome yang menghadapi ancaman rudal di belahan lain dunia.