Indonesia-China Bahas Radar Maritim

Indonesia-China Bahas Radar Maritim

Indonesia dan China sepakat untuk mengembangkan Radar SLR-66 OTH maritime untuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Indonesia akan melihat kembali spesifikasi teknis yang dibutuhkan, dalam pengamanan di ALKI, untuk kemudian melakukan `interoperability’ radar yang ditawarkan itu, dengan sistem patroli maritim yang telah dijalankan Indonesia.

Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro di Beijing, Selasa 23 September 2014 di sela-sela kunjungannya ke China, 21-23 September 2014 mengatakan selain itu, Indonesia dan China juga akan melihat kembali mekanisme pembiayaan terkait radar tersebut. “Jadi, masing-masing pihak akan melihat lebih dalam semua hal, yang terkait dengan penawaran radar pengintai tersebut,” ujar Menhan Purmono.

Ia mengatakan Indonesia membutuhkan radar intai untuk mengamankan wilayah lautnya, yang begitu luas terutama di Timur Indonesia. “Selama ini pengamanan laut dipantau melalui patroli maritim, baik menggunakan kapal-kapal patroli TNI Angkatan Laut, maupun melalui udara,” katanya.

Terkait itu sebelum melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan RRT Jenderal Chang Wanquan, Menhan Purnomo melakukan kunjungan ke CEIEC, sebuah perusahaan negara sistem pertahanan berteknologi tinggi China, yang menawarkan produk itu.

Presiden CEIEC Qu Huimin memaparkan bahwa Radar SLR-66 OTH memiliki kemampuan operasi mode aktif dengan kemampuan daya pantau 280 KM dan mode passif dengan kemampuan 500 KM.

Peralatan ini dibangun secara tetap (stationary station) dan bergerak (mobile atation). Di samping SLR-66 OTH ada pula alat pemantau udara (UAV with SAR and PAYLOAD) dan pemantau di bawah air (underwater detection).

1 Comment

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Comments are closed