Paling Akurat
FGM-172 Short-Range Assault Weapon (SRAW) ‘Predator’ yang dimiliki Amerika layak mendapatkan gelar ini. Sistem ini diadopsi oleh Korps Marinir Amerika pada tahun 2002 sebagai alternatif yang lebih sederhana dan murah dibanding sistem rudal anti-tank FGM-148 Javelin. Keuntungan utamanya adalah kemungkinan untuk bekerja sesuai prinsip ‘fire and forget’
Dalam hal penargetan cukup bagi penembak untuk melacak target selama dua-tiga detik dan meluncur, setelah kontrol otomatis senjata masuk. Rudal tersebut dapat secara mandiri memperhitungkan kecepatan angin dan faktor lainnya, dan mampu memukul tank dari bagian atas yang biasanya merupakan bagian paling lemah dari sebuah tank.
SRAW datang dalam dua varian. Yang pertama adalah putaran anti-tank dengan hulu ledak ‘Predator’ kumulatif yang mampu menembus hingga armor 600 mm pada jarak antara 16 dan 500 meter. Yang kedua adalah hulu ledak fragmentasi multi-purpose high-explosive fragmentation, dirancang untuk menghancurkan bagian yang diperkuat. Penggunaan pertama SRA terjadi di Irak dan terbukti efektif melawan kendaraan lapis baja ringan.
Paling Panjang Umur
Peluncur granat anti-tank Carl Gustaf 84 mm menjadi sistem anti-tank dengan umur terpanjang. Pertama kali digunakna tahun 1948, senjata yang dibangun Swedia terus melayani di militer lebih dari 30 negara, termasuk Amerika Serikat.
Secara efektif, ini adalah desain pelontar granat klasik yang menampilkan dua pistol grip, sebuah rifled barrel, sebuah shoulder stop dan sighting device. Senjata dioperasionalkan oleh dua orang, satu penembak dan satu lagi untuk mengisi amunisi.
Diantara keunggulan Carl Gustaf adalah amunisi yang bisa digunakan, termasuk putaran fragmentasi kumulatif, asap dan suar. Kemudahan pengoperasian juga menjadi nilai plus lainnya.
Kekurangan versi sebelumnya termasuk bobot (dua versi pertama masing-masing berbobot 14 dan 16,5 kg). Namunvarian senjata keempat yang ditingkatkan, diperkenalkan pada tahun 2014, memiliki bobot kurang dari 7 kg, berkat penggunaan titanium dan serat karbon dalam disainnya.
Satu kelemahan lainnya adalah penetrasi 500 mm yang sebanding dengan putaran kumulatif. Senjata ini terus digunakan secara luas oleh semua pihak yang berperang di Afghanistan dan Irak. Beberapa peluncur granat Carl Gustaf telah direbut dari gerilyawan ISIS di Suriah oleh pasukan pemerintah.”