Yaman kemungkinan akan semakin menjadi medan perang yang sangat mematikan. Gedung Putih berencana untuk menggeser kebijakan terhadap perang di negara tersebut dengan akan masuk dalam pertempuran penuh.
Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis telah meminta Gedung Putih untuk mengangkat pembatasan era Obama terkait dukungan militer Amerika kepada negara-negara Teluk Persia yang terlibat dalam perang saudara yang berkepanjangan melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Menurut pejabat senior pemerintah Trump sebagaimana dilaporkan Chicago Tribune Senin 27 Maret 2017, dalam memo bulan ini untuk penasehat keamanan nasional HR McMaster, Mattis mengatakan bahwa dukungan terbatas untuk operasi Yaman yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan membantu memerangi ancaman.
Jika permintaan itu disetuji maka akan menandai pergeseran kebijakan yang signifikan. Aktivitas militer Amerika di Yaman sampai sekarang terbatas terutama untuk operasi kontraterorisme melawan al-Qaida dan afiliasinya di sana, dengan dukungan langsung terbatas untuk upaya negara Teluk dalam perang dua tahun yang telah menghasilkan ribuan korban sipil itu.
Ini juga akan menjadi sinyal yang jelas dari niat pemerintah untuk bergerak lebih agresif terhadap Iran.
Dengan penghapusan larangan era Presiden Barack Obama maka akan memungkinkan militer Amerika untuk mendukung operasi melawan Houthi dengan pengawasan dan intelijen, pengisian bahan bakar, dan bantuan perencanaan operasional, tanpa meminta persetujuan Gedung Putih.
Sebuah proposal Emirat yang diajukan ke Amerika tahun untuk bantuan dalam menyerang ditolak akhir tahun lalu oleh pemerintahan Obama, dengan alasan bahwa kapal dan pesawat tempur Emirat, pasukan Operasi Khusus AS dan pasukan pemerintah Yaman tidak mungkin berhasil mengalahkan pemberontak bersenjata dan bisa memperburuk situasi kemanusiaan.
Beberapa penasihat Presiden Donald Trump mengatakan belum ada keputusan tentang memo Mattis ini. Para penasihat pertahanan sedang mempertimbangkan apakah dukungan langsung untuk koalisi anti-Houthi akan membutuhkan terlalu banyak sumber daya jauh lebih besar dibandingkan pertarungan kontraterorisme melawan al-Qaida di Semenanjung Arab dan ISIS yang baru lahir di Yaman.
Yaman telah hancur oleh konflik, di mana serangan udara Saudi dan pertempuran di darat telah menewaskan sekitar 10.000 warga sipil. Houthi menguasai ibukota, Sanaa, Hodeida dan kota-kota lain, dan Arab Saudi, mengontrol perimeter laut di sekitar Hodeida, telah membatasi pengiriman bantuan dan barang lainnya yang mengalir melalui pelabuhan ke pusat-pusat penduduk lainnya.
Pada hari Rabu, para pejabat kemanusiaan U.N. mengatakan bahwa jutaan Yaman berada di ambang kelaparan.