Tidak memperdulikan peringatan China, Jepang mengirimkan kapal selam mereka untuk melakukan perjalanan ke bekas pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Filipina yang terletak di tepi klaim teritorial China.
Pada hari Minggu 24 Juli 2016, Beijing memperingatkan Tokyo untuk tidak campur tangan dalam konflik Laut China Selatan, di mana Pengadilan Arbitrase yang berbasis Den Haag Arbitrase baru-baru memutuskan menolak klaim teritorial China.
“Jepang bukan merupakan pihak yang terkait dengan isu Laut China Selatan, dan mengingat sejarah memalukan, ia tidak memiliki hak apapun untuk menuduh China tentang masalah ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang, menurut kantor berita Xinhua.
Tetapi peringatan itu tidak mencegah kapal selam Jepang berkunjung ke bekas pangkalan angkatan laut AS di Subic Bay, Filipina. Salahs atu kapal terbaru dan terbesar milik Angkatan Laut Jepang datang dikawal oleh dua kapal perusak.
Kapal datang sehari sebelum latihan militer tahunan Balikatan, yang akan dilakukan oleh Filipina, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia selama 12 hari ke depan.
Sejauh ini Beijing belum mengomentari kedatangan kapal selam di Laut China Selatan, Tokyo menegaskan bahwa kehadirannya tidak ditujukan untuk negara manapun.
“Kami tidak memiliki pesan apa pun ke negara manapun,” kata Kapten Hiraoki Yoshino dari Angkatan Pertahanan Jepang sebagaimana dikutip China Daily Senin 25 Juli 2016.
Amerika Serikat dan sekutunya Pasifik keberatan dengan konstruksi pulau buatan China di kepulauan Spratly dan Paracel dan menuduh Beijing mencoba untuk membentuk zona pertahanan udara.
Beijing menyatakan bahwa ia memiliki hak untuk membangun wilayahnya sendiri dan pulau-pulau akan digunakan terutama untuk tujuan sipil.
Namun demikian, Washington telah mendorong sekutu regional untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam melawan pertumbuhan China.
Baca juga:
http://www.jejaktapak.com/2015/09/19/kapal-selam-balao-pemutus-hubungan-jepang-dan-asia-tenggara/