Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan kemungkinan akan membeli F-16 sebagai tambahan kekuatan setelah hanya bisa membeli delapan Su-35. Sejak lama Lockheed Martin memang sudah memberi isyarat bahwa Indonesia akan membeli pesawat ini. Di setiap kesempatan Lockheed selalu menyebut nama Indonesia ketika ditanya tentang potensi penjualan Fighting Falcon.
Lockheed memang harus berusaha keras untuk mencari pembeli F-16. Saat ini tidak ada pesanan baru dari pesawat tersebut setelah pesanan yang dibuat Irak. Kabar terakhir rencana pembelian 8 F-16 oleh Pakistan terancam batal setelah Kongres hanya membolehkan hal itu dilakukan tanpa ada subsidi Amerika. Artinya harga pesawat akan jauh lebih mahal dan Pakistan sulit untuk bisa membelinya. Lalu kenapa Indonesia menjadi begitu penting?
Selama beberapa dekade Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon yang lebih populer dikenal sebagai “Viper” telah mendominasi pasar tempur di seluruh dunia. Hingga saat ini pesanan asing terus mengalir hingga F-16 masih memiliki garis produksi setidaknya hingga akhir 2017. Di buku pesanan mungkin masih akan datang pesanan dari Uni Emirat Arab (UEA) yang sepertinya akan membeli tidak kurang dari 30 F-16E / F +. Selain UEA, Lockheed masih memiliki kesempatan untuk menjual jet di beberapa pasar lainnya.
Sementara pesaing potensial lainnya di Indonesia termasuk Saab JAS-39 Gripen, Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale Prancis. Rusia tampaknya memiliki track yang lebih nyaman karena Jakarta sepertinya sudah mengisyaratkan untuk memilih produk mereka meski belum ada kesepakatan yang ditandatangani.
Tetapi Amerika belum menyerah. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai langkah termasuk memamerkan versi F-16V untuk Indonesia pada Oktober lalu. Jelas, pemerintah Obama dan raksasa pertahanan AS terus berharap dapat membujuk Indonesia untuk membeli F-16 baru.
Memang, Washington tidak menawarkan salah satu varian paling canggih dari jet terhormat ini ke Indonesia.