Inilah Alasan Kenapa B-52 Beroperasi Lagi dari Diego Garcia

Inilah Alasan Kenapa B-52 Beroperasi Lagi dari Diego Garcia

Sebanyak enam bomber B-52H Stratofortresses Angkatan Udara Amerika dikerahkan ke Diego Garcia di Samudra Hindia awal tahun ini. Penyebaran tersebut sempat memunculkan dugaan Amerika sedang bersiap untuk melakukan serangan ke Iran.

Kini muncul laporan bahwa para bomber tersebut telah menerbangkan misi marathon untuk menjatuhkan bom di Afghanistan yang berjarak lebih dari 2.500 mil jauhnya.

Laporan pertama kali muncul bahwa B-52 menuju ke Diego Garcia pada 6 Januari 2020, dan citra satelit yang diperoleh secara eksklusif oleh War Zone dari Planet Labs mengkonfirmasi bahwa dua pembom pertama tiba di pangkalan itu dua hari kemudian.

Total enam pesawat yang dikirim berasal dari 20th Expeditionary Bomb Squadron yang berbasis di Pangkalan Angkatan Udara Barksdale di Louisiana. Pengerahan secara resmi berakhir pada 31 Maret, menurut Angkatan Udara, meskipun tidak jelas apakah semua pembom telah benar-benar meninggalkan Diego Garcia.

“Tak lama setelah kedatangan kami di Diego Garcia, misi kami mendukung keamanan regional CENTCOM [Komando Sentral Amerika] yang berfokus pada pertempuran di Afghanistan sambil mempertahankan respons terhadap agresi Iran,” kata Mayor Angkatan Udara Amerika Johnathan Radtke, Direktur Operasi  20th Expeditionary Bomb Squadron mengatakan dalam sebuah pernyataan tentang penyebaran tersebut.

“Peran B-52 sebagai platform serangan jarak jauh terbukti setiap hari, mendukung operasi dan komando kombatan. Dalam hal kemampuan, tidak ada aset lain yang membawa muatan atau keandalan senjata yang sama.”

“Waktu dari pemberitahuan resmi ke jet pertama kami yang berangkat dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale, Louisiana, adalah 26 jam, menjadikannya salah satu penyebaran B-52 tercepat yang pernah ada,” tambahnya sebagaimana dikutip War Zone 6 April 2020.

Angkatan Udara mengatakan enam pesawat terbang lebih dari 1.300 jam penerbangan operasi tempur di lebih dari 90 sorti. Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang berada di Afghanistan dan berapa banyak dari mereka yang mungkin berpatroli di tempat lain di Timur Tengah, termasuk di Teluk Persia.

Pada 15 Februari, sebuah B-52 juga melakukan penerbangan misi tidak biasa di Somalia. Angkatan Udara tidak pernah mengatakan dari mana pembom itu diluncurkan, tetapi pangkalan yang paling mungkin adalah Diego Garcia.

Citra satelit tanggal 14 Februari 2020 yang menunjukkan bomber B-52 di Diego Garcia

Tanpa bisa diketahui persis berapa jam terbang atau total sorti yang dimiliki B-52 dari 20th Expeditionary Bomb sehingga tidak mungkin menentukan waktu rata-rata  untuk masing-masing misi tersebut. Namun, 1.300 jam di 90 sorti berarti hanya kurang dari 14,5 jam per sorti. Ini merupakan jarak lurus sepanjang 2.900 mil dari Diego Garcia ke ibukota Afghanistan, Kabul, termasuk waktu penerbangan di atas Samudera Hindia, Laut Arab, dan Pakistan.  Sebuah jalur terbang di atas air dari Diego Garcia ke tengah Teluk Persia juga memiliki waktu yang hampir sama.

Stratofortress membutuhkan sekitar 11 jam untuk menyelesaikan perjalanan pulang-pergi ke Afghanistan Timur dengan kecepatan jelajah sekitar 525 mil per jam. Ini, tentu saja, tidak termasuk waktu tambahan yang dihabiskan para pembom untuk berkeliaran di medan perang dan melakukan serangan mereka.

Kita tidak tahu di mana B-52 menyerang, tetapi pertempuran di bagian negara itu, terutama antara pasukan Amerika dan cabang ISIS di Afghanistan, telah sangat intensif dalam beberapa bulan terakhir di tengah proses perdamaian yang goyah antara Pemerintah Amerika dan Taliban.

Strategi lama

Ini juga bukan pertama kalinya B-52 melakukan serangan ke Afghanistan dari Diego Garcia. Para pembom menerbangkan serangan semacam ini selama bertahun-tahun setelah dimulainya operasi tempur Amerika di negara itu setelah serangan teroris 11 September.

Sebenarnya ini adalah konsep operasi yang sangat tidak efisien. “Kami harus merencanakan agar gangguan dalam rantai pasokan tidak memengaruhi operasi,” kata Radtke  yang juga mengatakan bahwa penyebaran menghadirkan tantangan komunikasi.

Inilah sebabnya sejak beberapa tahun terakhir Angkatan Udara telah bergeser dengan menempatkan B-52, dan juga pembom lainnya ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang jauh lebih dekat ke Afghanistan, juga Irak.

Layanan ini juga mengirimkan Stratofortresses ke Al Udeid tahun lalu dengan tujuan untuk menghalangi Iran.  Angkatan Udara juga bereksperimen dengan penyebaran pemberitahuan singkat pembom B-1B Bone ke Pangkalan Udara Prince Sultan di Arab Saudi, di mana militer Amerika membangun kembali kehadirannya pada tahun 2019.

Namun, Al Udeid berada dalam jangkauan persenjataan rudal balistik Iran. Serangan rudal jelajah dan drone bunuh diri yang belum pernah terjadi sebelumnya pada infrastruktur terkait minyak di Arab Saudi juga menunjukkan bahwa Iran, baik secara langsung atau melalui proksi regionalnya, dapat menyerang sasaran di sisi lain Teluk Persia.

Keputusan untuk mengerahkan B-52 Diego Garcia pada Januari tampaknya dipengaruhi setelah Iran meluncurkan serangan rudal balistik yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada pasukan Amerika di Irak pada 7 Januari, sehari setelah pembom pertama berangkat ke Samudra Hindia. Serangan itu sebagai pembalasan atas serangan udara Amerika yang membunuh Jenderal Qasem Soleimani, kepala Pasukan Quds Iran, di Baghdad pada 3 Januari.

 

Penempatan ini juga hanya menyoroti nilai besar yang diberikan Diego Garcia kepada militer Amerika di tingkat strategis. Selain pangkalan udara,  tempat itu juga berfungsi sebagai rumah bagi salah satu dari dua Military Sealift Command Prepositioning Ship Squadrons. Ini adalah armada kecil kapal kargo yang penuh dengan berton-ton peralatan militer dan amunisi dan siap merespons dengan relatif cepat terhadap krisis yang muncul. Fasilitas di pulau terpencil juga mendukung pemantauan ruang angkasa dan misi rahasia.

Sekarang, setidaknya untuk sementara, waktu B-52 di Diego Garcia telah berakhir lagi. Masih harus dilihat apakah Stratofortresses, atau pembom lainnya, mulai melakukan lebih banyak perjalanan rutin ke pos terdepan Samudra Hindia karena ketegangan dengan Iran masih tetap tinggi dan di tengah-tengah potensi krisis yang muncul saat ini di Timur Tengah, Afrika Timur, dan Wilayah Pasifik.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.