Benarkah Bom Hirosima-Nagasaki Membuat Soviet Ngeri?
Ledakan bom atom di Hirosima

Benarkah Bom Hirosima-Nagasaki Membuat Soviet Ngeri?

hirosima

Jepang Diperingatkan Sebelum Bom Dijatuhkan

Amerika Serikat telah menjatuhkan selebaran di berbagai kota di Jepang, mendesak warga sipil melarikan diri, sebelum menghantam dengan bom konvensional.

Setelah Deklarasi Potsdam 26 Juli 1945, yang menyerukan Jepang untuk menyerah. Dalam pidato radio, Truman juga mengatakan akan datang “hujan kehancuran dari udara, yang belum pernah terlihat di bumi ini.”

Tapi tidak pernah ada peringatan khusus untuk kota-kota yang dipilih sebagai target untuk bom atom sebelum penggunaan pertama senjata. Sehingga jelas warga bingung jika harus menanggapi selebaran itu.

Siapa yang harus mengungsi dan kemana? Jangan-jangan yang dijadikan tempat mengungsi itulah yang justru menjadi target. Kelalaian itu disengaja: Amerika Serikat takut bahwa Jepang, akan menembak jatuh terlebih dahulu pesawat yang membawa bom.

Dan karena kota Jepang sudah dihancurkan oleh bom pembakar dan daya ledak tinggi secara teratur  seperti ketika hampir 100.000 orang tewas Maret sebelumnya di pemboman Tokyo – tidak ada alasan untuk percaya bahwa Deklarasi Potsdam atau pidato Truman harus mendapat perhatian khusus.

Hirosima-un-Nagasaki-1

Bikin Soviet Takut

Amerika pada saat itu yakin dengan menggunakan bom atom maka akan mendapat efek ganda yakni membuat negara lain akan ketakutan dengan mereka.

Amerika menyadari hubungan dengan Soviet sudah menunjukkan sisi-sisi negatif yang akan terus berkembang. Menggunakan bom juga akan menjadi unjuk kekuatan di depan Rusia.

Pada kenyataannya, perencanaan militer, bukan keuntungan diplomatik, ditentukan waktu serangan atom. Bom-bom itu diperintahkan untuk turun “segera setelah siap dibuat.”

Pertimbangan politik pascaperang mempengaruhi pilihan target untuk bom atom. Menteri Perang Henry Stimson memerintahkan bahwa kota sejarah dan budaya seperti Kyoto dicoret dari daftar target. (Stimson adalah pribadi yang akrab dengan Kyoto, ia dan istrinya telah menghabiskan bulan madu mereka di sana.) Truman setuju.

Seperti Stimson, Truman sekretaris negara, James Byrnes juga berharap bahwa bom mungkin terbukti menjadi “master card” dalam hubungan diplomatik berikutnya dengan Uni Soviet. Tetapi  keduanya kecewa.

Pada bulan September 1945, Byrnes kembali dari pertemuan pertama menteri luar negeri pascaperang, di London, menyatakan bahwa Rusia “keras kepala, keras kepala, dan mereka tidak takut.”

Sumber: Washington Post