Akui Kematian Warga Sipil Mosul Sebagai Tragedi Mengerikan, AS Enggan Tanggung Jawab
Pengungsi Irak

Akui Kematian Warga Sipil Mosul Sebagai Tragedi Mengerikan, AS Enggan Tanggung Jawab

Komandan tertinggi pasukan militer Amerika SErikat di Timur Tengah menyebut kematian warga sipil baru-baru ini di kota Mosul Irak  sebagai “tragedy mengerikan “, tetapi mereka tetap tidak mau bertanggungjawab.

“Kami sedang menyelidiki insiden itu untuk menentukan apa yang terjadi dan akan terus mengambil langkah-langkah luar biasa untuk menghindari korban sipil,” kata Jenderal Joseph Votel, yang mengepalai Komando Pusat AS dalam sebuah pernyataan Minggu 26 Maret 2017 dikutip News24.

“Kami akan terus memprioritaskan perlindungan terhadap rakyat Irak dalam melakukan semua operasi.”

Pasukan Irak, yang didukung oleh serangan udara dari koalisi internasional  pimpinan Amerika Serikat  terlibat dalam pertempuran sengit untuk mengusir ISIS dari kota terbesar kedua di Irak tersebut. Sebuah serangan udara yang dilakukan pada 17 Januari lalu menghantam sebuah bangunan yang berisi banyak warga sipil.

Jumlah korban  yang dilaporkan  berkisar dari puluhan hingga ratusan  belum dapat dikonfirmasi secara independen.

Tetapi  Brigadir Jenderal Yahya Rasool, juru bicara Komando Operasi Gabungan,  kepada AFP menuduh ISIS yang ada di balik kejadian tersebut. Kelompok itu dituduh mengumpulkan warga sipil dan kemudian meledakkan bahan peledak dan  melemparkan kesalahan pada pasukan Irak.

Koalisi pimpinan AS mengatakan pada Sabtu bahwa pihaknya mengaku telah melakukan serangan di Mosul barat pada 17 Maret di mana warga sipil dilaporkan tewas. Tetapi beberapa pejabat Irak telah menyebut pada hari itu terjadi lebih dari serangan.

Lebih dari 200 000 penduduk sipil telah melarikan diri dari Mosul pada bulan lalu, menurut pihak berwenang Irak. Sementara  sekitar 600 000 orang masih terjebak di wilayah yang dikuasai ISIS yang  meliputi dua pertiga dari wilayah kota Kota Tua itu.

Pentagon di bawah Presiden Donald Trump telah diberikan kebebasan yang lebih besar untuk menjalankan perang  dan tidak harus terus-menerus meminta persetujuan Gedung Putih terkait keputusan-keputusan penting.

Militer menegaskan tidak mengurangi standar untuk melindungi warga sipil di zona perang. Tapi kritikus menuduh  tingkat kematian warga sipil telah mengalamin peningkatan di era Trump.