China Sebut Drone AS Yang Ditangkap Sebagai Bagian dari Misi Mata-Mata
Ilustrasi

China Sebut Drone AS Yang Ditangkap Sebagai Bagian dari Misi Mata-Mata

Satu unit  drone bawah air yang diambil kapal Angkatan Laut China di Laut China Selatan Kamis 15 Desember 2015 lalu merupakan bagian dari upaya mata-mata Amerika Serikat di wilayah perairan yang disengketakan itu.

Namum Beijing tidak ingin membuat kegaduhan mengenai penyerahan perangkat tersebut, demikian provokatif di Twitternya, menuduh Beijing mencuri perangkat tersebut.

China sangat mencurigai aktivitas militer AS di Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya itu, di mana China mengklaim hampir semua wilayah tersebut.

Media yang dikelola oleh Partai Komunis, People’s Daily, dalam edisi bahasa asingnya, Senin, memuat komentar bahwa USNS Bowditch yang mengoperasikan drone tersebut sebagai rangkaian tindakan dalam operasi mematai-matai China.

“Tidak memperbesar persoalan drone tidak bisa menyembunyikan keinginan nyata dari motivasi tindakannya,” demikian komentar di koran itu.

“Drone yang mengapung di permukaan Laut China Selatan itu merupakan ujung dari gunung es strategi militer AS, termasuk dalam menghadapi China,” ujarnya.

Drone yang oleh Pentagon dinyatakan beroperasi sesuai hukum mengumpulkan data tentang kadar garam, temperatur, dan kejernihan perairan di wilayah 50 mil laut sebelah barat laut Subic Bay, lepas pantai Filipina.

USNS Bowditch dikenal sebagai kapal pengintai militer yang telah melakukan survei di perairan pesisir China sejak tahun 2002, kata Ma Gang, seorang profesor di Universitas Pertahanan Militer Nasional Pembebasan Rakyat kepada harian resmi China Daily. “Data kelautan sangat penting bagi formasi kapal, rute kapal selam, dan rencana peperangan,” kata Ma.

“Oleh karena itu, wajar Angkatan Laut China menjadi curiga atas aktivitas Bowditch berdasarkan pengalam sebelumnya,” ujarnya.

Menurut laporan media resmi China, kapal yang sama terlibat dalam beberapa insiden pada 2001 dan 2002 ketika dibayangi kapal Angkatan Laut China beroperasi di Laut Kuning itu. Media China melaporkan bahwa mereka juga beroperasi di Selat Taiwan.

  • Baca: AS Akan Andalkan Kapal Selam Drone ke Laut China Selatan

Direktor Pusat Penelitian Keamanan Universitas Nasional Teknologi Pertahanan, Zhang Huang, dalam edisi utama People’s Daily mengatakan bahwa AS telah memanfaatkan warga sipil untuk mengumpulkan informasi yang bisa memiliki implikasi militer.

“Sebagaimana drone bawah laut yang memasuki wilayah perairan kami untuk melakukan kegoatan mata-mata, dapat mengumpulkan segala macam informasi tentang rute kapal selam Angkatan Laut kami. Ini ancaman serius bagi keamanan Angkatan Laut kami,” kata Zhang.

Ni Lexiong, seorang pakar kelautan dari Fakultas Hukum dan Ilmu Politik Universitas Shanghai kepada Reuters meyakini bahwa Angkatan Laut China mungkin mendapatkan perintah untuk mengambil drone tersebut.

Namun Ni menyatakan bahwa hal itu sangat berbeda dari insiden pada 2001 saat pesawat mata-mata AS dihadang oleh jet tempur Chna yang menyebabkan tabrakan dan menewaskan pilot China dan memaksa pesawat AS melakukan pendaratan darurat di pangkalan Hainan.

“Ini insiden lebih kecil yang tidak akan berdampak pada pola hubungan China-AS secara keseluruhan,” ujarnya dengan menambahkan bahwa dia tidak berharap China berupaya mendapatkan maaf dari AS.

Sebanyak 24 awak pesawat AS ditahan selama 11 hari sampai Washington meminta maaf atas insiden tersebut.

Hal itu memperburuk hubungan AS-China pada hari-hari pertama pemerintahan Presiden George Walker Bush periode pertama.

Baca juga:

Drone ini Akan Jadi Cara Baru Memburu Kapal Selam