Sama-Sama Bermasalah, Indonesia Ingin A400 atau An-70 Gantikan Hercules

Sama-Sama Bermasalah, Indonesia Ingin A400 atau An-70 Gantikan Hercules

A400
A400

Angkatan Udara Indonesia berencana mengganti pesawat angkut berat Hercules C-130 yang sudah tua. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna menyatakan pihaknya telah melakukan kajian mengenai calon pengganti Hercules itu sudah dikirim ke Kementerian Pertahanan.

“Sudah kami kirim jauh-jauh hari sebelum kecelakaan Hercules A-1310 di Medan pekan lalu,” kata Agus.

Dalam kajian yang dikirim ke Kementerian Pertahanan, TNI AU mengincar dua jenis pesawat angkut kelas berat, yakni Airbus A400M Atlas dan Antonov An-70. Soal harga masing-masing merupakan ranah Kementerian Pertahanan.

A400 merupakan pesawat angkut berat buatan Airbus. Pesawat ini telah dibeli beberapa negara antara lain Spanyol, Inggris, Turki, dan Malaysia. Namun pada Mei lalu pesawat ini mengalami masalah setelah salah satu pesawat yang tengah diuji jatuh dan terbakar di Sevilla Spanyol. Pesawat ini juga didera dengan berbagai persoalan teknis termasuk keterlambatan pengiriman dan mundurnya pencapaian kemampuan operasional pesawat.

Sementara An-70 adalah pesawatadalah pesawat empat mesin yang dikembangkan Ukraina dan Rusia. Dengan kargo berukuran 22,4 m panjang, 4,80 m lebar, dan 4,40 m. Pesawat ini, dikombinasikan dengan kemampuan daya rentang 6. 598 km (dengan 20.000 kg payload) dan muatan maksimum 47.000 kg, menempatkan An-70 dalam kategori yang sama dengan A400M Atlas dari Airbus.

AN-70
AN-70

Tetapi pesawat ini juga mengalami masalah dalam pengembangan karena konflik Ukraina- Rusia yang menyebabkan Moskow kemudian menarik diri dari program tersebut. Dengan program yang dipimpin oleh Ukraina tetapi sebagian besar dibiayai oleh Rusia. Proyek jadi kacau balau karena konflik di negara tersebut. Terlebih melibatkan Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia telah menghapus Antonov An-70 pesawat angkut militer, yang dikembangkan bersama oleh Rusia dan Ukraina, dari program persenjataan nasional, kata surat kabar Izvestia sebagaimana dikutip Ria Novosti Senin 2 Maret 2015 lalu.

Sedangkan Ukraina pada Januari 2015 menyetujui produksi pesawat ini dan akan memperkenalkan ke layanan angkatan bersenjatanya. Serial produksi sekarang akan mulai, meskipun perusahaan tidak menentukan jadwal pasti

Asisten Perencanaan KSAU Marsekal Muda M. Syafii mengatakan penggantian pesawat Hercules masuk program modernisasi alat utama sistem persenjataan TNI bertajuk “Minimum Essential Force” (MEF). “Seharusnya masuk dalam rencana strategis pengadaan 2015-2019,” kata Syafii sebagaimana dikutip Tempo.

Marsekal Agus Supriatna berharap pemerintah memprioritaskan rencana pembelian pesawat angkut berat tersebut, terlebih setelah jatuhnya Hercules di Medan. Kecelakaan pesawat buatan 1964 itu merenggut 33 nyawa personel TNI AU dan enam anggota TNI AD serta 83 warga sipil yang ikut menumpang.