
3. China
Angkatan laut China secara resmi disebut Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China atau People’s Liberation Army Navy. Sampai akhir 1980-an sebagian besar kekuatan mereka adalah untuk sungai dan pesisir.
Sejak awal 1990-an China mulai memperluas armadanya dan saat ini sedang membangun kapal perang dan kapal selam baru dengan sangat cepat.
Angkatan laut China memiliki sekitar 255.000 personel dan menjadi angkatan laut terbesar kedua setelah Angkatan Laut Amerika dalam hal tonase. Selain itu, mereka memiliki jumlah terbesar kombatan utama.
Pada 2018 angkatan laut China mengoperasikan satu kapal induk Liaoning yang terutama digunakan sebagai kapal pelatihan. Namun mereka telah membangun kapal induk sendiri dengan yang pertama telah mulai dilakukan pengujian.
China memiliki sekitar 30 kapal perusak, 50 frigat dan 40 korvet. Meskipun beberapa di antaranya merupakan kapal perang yang lebih tua dan tidak semampu punya Amerika dan Rusia.
Pasukan serbu amfibi China mengoperasikan empat kapal dermaga transportasi amfibi, 32 kapal pendaratan tank dan 31 kapal pendaratan sedang. Angkatan laut China memiliki 10 000 marinir yang dapat mendarat di pantai lawan.
Angkatan Laut China mengoperasikan 68 kapal selam. Di antaranya empat kapal selam rudal balistik nuklir kelas Jin, yang membawa rudal balistik antar-peluru berujung nuklir.
Namun sejauh ini kapal selam rudal ini belum melakukan patroli pencegahan operasional, mungkin karena berbagai masalah dan cacat desain. Meski demikian, kapal-kapal rudal balistik ini memiliki probabilitas tinggi untuk bertahan dari serangan pertama, begitu negara tersebut diserang.
Selain itu juga ada dua kapal selam nuklir Kelas Shang, satu kapal selam serang bertenaga diesel kelas Qing, 15 kapal selam patroli diesel kelas Yuan, serta 13 kapal selam patroli kelas Song.
Angkatan Laut China juga mengoperasikan lebih dari 700 pesawat. Misi utamanya adalah menyediakan pertahanan udara untuk armada. Ada lebih dari 140 jet tempur multi-peran.
Penerbangan angkatan laut China juga mengoperasikan sejumlah pesawat tempur maritim JH-7 dan lebih dari 30 pesawat pengebom jarak menengah H-6 yang dimaksudkan untuk menyerang kelompok-kelompok tempur kapal induk lawan.