Jet tempur Tornado Angkatan Udara Jerman kehilangan dua tanki bahan bakar eksternal yang jatuh saat terbang di ketinggian 6.000 meter. Tangki yang masing-masing seberat 130 kilogram tersebut jatuh di daerah pedesaan di negara bagian Schleswig-Holstein, Jerman utara.
Butuh waktu lebih dari 12 jam bagi Bundeswehr untuk bisa menemukan dan mengambil dua tanki yang telah kosong ketika insiden tersebut terjadi pada 19 September 2019. Insiden itu terjadi pada pukul 3.40 sore, ketika dua jet Tornado kembali dari sesi pelatihan di ketinggian sekitar 6.000 meter.
“Dua tangki cadangan seberat 130 kilogram jatuh dari salah satu pesawat jatuh di daerah pedesaan,” kata seorang juru bicara Angkatan Udara Jerman, yang dikutip penyiar lokal NTV.
Ein #Tornado Jet des #TLG51 verlor heute am späten Nachmittag im Flug in einer Höhe von etwa 6 Kilometern zwei Zusatztanks. Die Tanks waren zu diesem Zeitpunkt leer. Einer wurde auf einem Feld bei Pansdorf in #SchleswigHolstein gefunden. Nach dem zweiten wird noch gesucht. pic.twitter.com/mAw20JORhp
— Team Luftwaffe (@Team_Luftwaffe) September 19, 2019
Salah satu tangki yang berukuran panjang sekitar 5,6 meter dan lebar 74 sentimeter tersebut bisa ditemukan pada hari itu di jalan tanah yang ada di pedesaan, sementara satu lagi baru bisa ditemukan sehari setelahnya. Untungnya, tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut.
Belum jelas kenapa tangki bahan bakar itu bisa jatuh dari udara. Menurut militer Jerman, pesawat itu telah menjalani perawatan rutin.
Angkatan Bersenjata Jerman telah lama mencari pengganti yang cocok untuk Tornado yang mulai beroperasi dengan pada tahun 1983. Salah satu kesulitan mencari pengganti adalah karena jet tempur ini mampu membawa senjata nuklir sebagai kewajiban NATO.
Angkatan udara Jerman telah menempatkan sekitar 45 pesawat Tornado, yang dirancang untuk membawa bom nuklir Amerika jika terjadi krisis, di pangkalan udara utama di Buechel.
Berlin sebelumnya telah mempertimbangkan untuk membeli pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35 untuk menggantikan Tornado, namun rencana itu dibatalkan. Berlin dilaporkan memutuskan untuk memilih antara jet F / A-18 yang dibangun Boeing atau Eurofighters Typhoon yang diproduksi oleh raksasa Eropa Airbus.