Dua kontraktor pertahanan satu dari Amerika dan satu dari Eropa telah bekerja sama untuk menghasilkan amunisi howitzer baru. Amunisi ini dapat mengukuhkan kembali artileri sebagai senjata dominan dalam perang darat.
Peluru artileri Ramjet 155 tidak hanya dapat menjangkau sejauh 44 mil, tetapi juga dapat mengunci dan menghancurkan target yang bergerak.
Peluru yang saat ini sedang dalam pengujian tersebut akan memungkinkan tentara Amerika dan NATO untuk menyerang target saat berada di luar jangkauan artileri Rusia dan China dengan aman.
Ramjet 155 dibangun bersama Boeing dan Nammo. Dua perusahaan tersebut baru-baru ini mengumumkan tes terkahir amunisi tesebut dilakukan pada 28 Juni di Pusat Tes Andøya Norwegia.
Mesin ramjet amunisi berhasil dinyalakan dan menunjukkan stabilitas penerbangan dengan proses pembakaran mesin yang terkontrol dengan baik.
Selama lebih dari dua dekade, teknologi artileri telah menjadi prioritas yang relatif rendah bagi militer Amerika.
Perang di Afghanistan dan Irak menunjukkan Angkatan Darat dan Marinir Amerika yang tidak memiliki ancaman artileri musuh yang kredibel. Ini menjadikan Pentagon terlambat mengembangkan kekuatan artelierinya.
Pergeseran kembali ke konflik kekuatan besar mengubah kenyatan itu. Pasukan darat Amerika sekali lagi harus berhadapan dengan pasukan besar yang dilengkapi persenjataan berteknologi tinggi.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: