Negara Skandinavia, Denmark, akan bergabung dengan European Intervention Initiative (EI2) yang dipimpin Prancis dan Joint Expeditionary Force (JEF) yang dipimpin Inggris. Hal ini disebut sebagai sinyal kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Menteri Pertahanan Denmark Claus Hjort Frederiksen sebagaimana dilaporkan Radio Denmark telah mengumumkan bahwa Denmark bangga menjadi bagian dari inisiatif pertahanan yang dipimpin Perancis EI2, sebuah tindakan yang menandakan niat Eropa untuk menjadi lebih mandiri dalam urusan militer dan memungkinkan penyebaran pasukan militer yang cepat di masa krisis.
“Eropa perlu mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk keamanannya sendiri. Jadi saya sangat senang bahwa Denmark telah bergabung dengan inisiatif ini, karena memperkuat profil kebijakan keamanan kami dan memberi kami akses ke forum negara-negara yang berpikiran sama yang bekerja untuk [mempromosikan ] kepentingan Denmark dan keamanan Eropa, “kata Claus Hjort Frederiksen.
Menurut menteri pertahanan, dunia telah menjadi lebih tidak stabil karena konflik di Timur Tengah dan perilaku Rusia, yang ia sebut “semakin menonjolkan diri.”
Menteri Pertahanan Denmark menekankan bahwa aliansi tidak akan mengubah fakta NATO dan Amerika akan terus menjadi landasan kebijakan pertahanan dan keamanan Denmark, tetapi inisiatif lebih menjadi tambahan untuk peningkatan kerjasama antara NATO dan Uni Eropa.
Kedua inisiatif telah mendapat dukungan luas di parlemen Denmark dan merupakan sinyal penting bagi Presiden Amerika Donald Trump.
“Trump mempertanyakan persatuan kita dalam hal kebijakan keamanan. Oleh karena itu, ada baiknya untuk memberi sinyal kepada Amerika bahwa kita bersama di Eropa,” kata Menteri Luar Negeri Denmark Martin Lidegaard dari Partai Sosial Liberal.
EI2, yang dipelopori oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, mencakup sembilan negara anggota UE, termasuk Prancis, Jerman, Belgia, Inggris, Denmark, Belanda, Estonia, Spanyol dan Portugal, yang semuanya menandatangani surat niat di Luksemburg pada Senin 25 Juni 2018.
Terlepas dari Inggris dan Denmark, JEF mencakup negara-negara Baltik, Belanda, Norwegia, serta Finlandia dan Swedia, yang semuanya sepakat untuk mengirimkan pasukan dalam waktu singkat untuk dikirim ke konflik di seluruh dunia. Keikutsertaan masing-masing negara akan ditentukan berdasarkan misi demi misi.