Bagaimana Sebenarnya Kode Etik Saat Mencegat Pesawat Asing?

Bagaimana Sebenarnya Kode Etik Saat Mencegat Pesawat Asing?

Pertemuan pesawat Amerika dan Rusia semakin intensif dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa kali bahkan terjadi dengan risiko tinggi. Salah satunya terjadi pada 29 Januari 2018 ketika sebuah pesawat pengintai EP-3E Aries II milik Angkatan Laut Amerika dicegat oleh jet tempur Su-27 Rusia pada jarak yang sangat dekat di atas Laut Hitam Senin .

Amerika menyebut interaksi berlangsung tidak aman karena Su-27 mendekati pesawat mereka hanya pada jarak lima kaki dan memotong secara langsung jalur penerbangan EP-3, menyebabkan EP-3 mengalami turbulensi terkena hembusan mesin jet Su-27. Durasi pencegatan juga berlangsung sangat lama yakni dua jam 40 menit.

Namun Rusia membantah pencegatan dilakukan dengan tidak profesional. Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan semua pilot mereka melakukan tugas dan misinya sesuai hukum internasional.

Bagaimana sebenarnya kode etik pencegatan pesawat di udara?

Mantan Komandan Aviasi Angkatan Laut Rusia Koljen Vladimir Deyneka kepada RBTH mengatakan dalam situasi seperti pada 9 Mei 2017 , pesawat memang diharuskan  bertindak demikian yakni  mengikuti pesawat asing hingga dekat sayapnya lalu terbang sejajar dengannya.

“Tahun lalu, ada sebuah kejadian di mana jet Su-27 mensimulasikan serangan misil ke pesawat NATO di atas Laut Baltik. Pesawat Rusia itu berhadapan dengan pesawat NATO, menunjukkan misilnya,  lalu terbang begitu saja. Inilah yang disebut sebagai pengawalan udara. Sang jet tempur menunjukkan bahwa ketika ada aksi agresif, ia siap menyerang,” ujar Dmitry Safonov, analis militer harian Izvestia, kepada RBTH.

Ia juga ingat saat bomber Tu-95 juga dikawal oleh jet F-16 milik AS saat sedang terbang di dekat Alaska, yang juga menunjukkan bahwa AS juga dapat menggunakan senjata kapan pun jika pesawat Rusia masuk ke zona udara mereka.

“Jika sebuah jet masuk ke zona udara negara lain, ia akan dipaksa mendarat maka  pesawat lain akan terus mengikutinya. Tapi misil tidak mungkin digunakan karena dapat berbuah Perang Dunia III,” ujar Safonov.

Deyneka mengatakan bahwa Moskow dan Washington memiliki sebuah perjanjian yang dibuat tahun 1972 mengenai pencegahan insiden udara.

Perjanjian itu mengatur sejumlah kode etik, seperti apa saja yang diperbolehkan dan apa yang tidak. “Sehingga, seorang pilot yang sedang ditekan oleh pesawat lain harusnya mengerti dalam situasi mana ia punya hak legal untuk merespons supaya tidak memprovokasi terjadinya konflik militer, dan dalam situasi mana ia harus terbang atau mendaratkan pesawatnya,” tutur Deyneka.

Next: Bolehkah Bermanuver? Apa Ukuran Profesional?