Bagaimana ISIS Bisa Memproduksi Senjata dalam Tingkat Skala Produksi?

Bagaimana ISIS Bisa Memproduksi Senjata dalam Tingkat Skala Produksi?

Serangkaian peluncur roket bahu ISIS terlihat menggunakan berbagai proyektil repurposed. Insinyur senjata ISIS mengambil amunisi era Soviet dan membuat peluncur bergaya Barat, bahkan membubuhkan instruksi tertulis untuk penggunaannya. Damien Spleeters/Conflict Armament Research

Salah satu alasan tingkat kecanggihan senjata yang dibuat ISIS adalah bahwa program persenjataannya tumbuh dari pemberontakan yang melawan pendudukan Amerika di Irak dari tahun 2003 sampai 2011.

Kelompok militan Sunni dan Syiah menjadi mahir membuat bom improvisasi, baik dari amunisi konvensional yang ditinggalkan pada tahun 2003 oleh militer Irak yang dikalahkan, dan dengan bahan pembuat bom yang dipersiapkan sendiri. Pejabat Amerika mengatakan beberapa kelompok Syiah menerima bantuan teknis dan komponen dari Iran.

Pembuat bom Sunni juga menerjunkan senjata kimia, kadang-kadang dengan menggabungkan alat peledak dengan klorin, zat beracun dengan aplikasi legal, dan di waktu lain  bom  terbuat dari roket kimia atau amunisi yang tertinggal dari program perang kimia Irak yang tidak berfungsi.

ISIS yang berevolusi dari Al Qaeda di Irak telah membangun senjata jauh di atas pendahulunya.

Kesuksesan grup ini lebih besar karena ISIS menguasai petak-petak wilayah dan kota-kota besar di tahun 2014 di mana mereka mengambil alih toko dan pabrik dengan mesin pengepres hidrolik, forges, peralatan mesin berbasis komputer dan mesin cetak injeksi plastik.  Mereka juga merebut setidaknya satu laboratorium perguruan tinggi dan universitas. Infrastruktur ini mendukung ISIS mampu membangun senjata dalam skala produksi.

Foto atas adalah sebuah alat peledak improvisasi ISIS yang disamarkan agar terlihat seperti batu yang dipicu oleh sensor inframerah pasif. Militan menghasilkan senjata seperti dalam jumlah ribuan. Di bagian bawah, sampel campuran buatan buatan sendiri  yang disiapkan untuk pengujian setelah dikeluarkan dari I.E.D. Ernest Barajas Jr.

Damien Spleeters, kepala operasi Conflict Armament Research, sebuah perusahaan pengawasan dan investigasi senjata swasta yang telah melakukan kerja lapangan di Suriah dan Irak selama perang mengatakan yang mendukung kapasitas produksi terebut juga sebuah birokrasi persenjataan yang mengawasi pengembangan dan pembuatan produk.

Spleeters mengatakan salah satu kekuatan ISIS adalah kemampuan untuk memproduksi senjata secara terus menerus. Salah satunya produksi recoilless launchers yang mendapat ketenaran di akhir pertempuran Mosul, di Irak utara. Senjata  diproduksi di bawah tanah bahkan saat militan ditekan dalam pertempuran dari beberapa musuh..

“Itu [pembuatan senjata] terus berlanjut. Mereka bisa mengembangkan senjata meski mereka kehilangan wilayah,” kata Spleeters.

Birokrasi senjata Negara Islam juga disiplin. Kabel detonasi yang digunakan pada alat peledak improvisasi diukur  sampai ke sentimeter. Ketika persediaan habis, manajemen akan mengisi formulir permintaan lebih. Materi itu akan disuplai ulang.

Next: Pintar dan Mengesankan