Salah satu ciri khas dari Su-25 sebagai pesawat tempur yang dirancang untuk menutup misi dukungan medan perang. Dengan rekayasa ulang luas yang dilakukan pesawat menerima kokpit lapis baja, dan tangki bahan bakar untuk mengurangi risiko ledakan. Angkatan Udara Uni Soviet memasukan Su-25 ke dalam layanan sejumlah resimen pesawat tempur. Sepanjang periode keterlibatan pasukan Soviet di Afghanistan, Su-25 menjadi aset utama dukungan udara untuk pasukan di medan perang. Su-25 menunjukkan kinerja yang unggul dan pengendalian kerusakan. Di perang ini dilakukan lebih dari 60.000 + misi tempur dengan hanya 23 pesawat jatuh akibat dari kerusakan pertempuran di udara. Su-25 digunakan 1994 dalam operasi tempur melawan pemberontak di republik Chechnya. Di luar negeri, Su-25K banyak digunakan dalam operasi tempur oleh Angkatan Udara Irak dalam perang 1981-1988 melawan Iran, dan oleh Angkatan Udara Angola selama era perang saudara tahun 1980-1990.
Versi pesawat latih dari -25 diproduksi 29 Juni 1976 di pabrik pesawat di Ulan-Ude. Prototipe Su-25UB (T-8U) terbang pertama pada 10 Agustus 1985. Pada bulan Agustus 1988, Su-25UB mulai diproduksi massal. Pesawat ini menjadi platform Su-25UTG yang digunakan untuk pendaratan kapal induk. Pada tanggal 1 November 1989, Su-25UTG melakukan pendaratan pertama di dek Tbilisi ACHC (kemudian berganti nama menjadi Admiral Armada dari Uni Soviet Kuznetsov). Su-25 dapat lepas landas dan mendarat dengan beban persenjataan penuh pada landasan pacu terbatas bahkan di landasan kasar sekalipun. Bisa mendarat di pegunungan pada ketinggian sekitar 3.000 m di atas permukaan laut, lepas landas dan mendarat landasan pacu dari 1.200 m. Dalam perjalanannya pesawat ini kemudian memunculkan Su-25 TM yang juag dikenal dengan Su-39