
Meski secara teknologi lebih unggul, senjata Rusia menghadapi pemboikotan virtual di Barat. Namun, hal ini sangat berbeda di Asia.
Senjata Rusia cukup baik bagi China dan India — negara-negara yang mampu membeli senjata terbaik di dunia — namun dunia Barat sepertinya memboikot senjata tersebut secara tak tertulis. Kecuali Yunani dan Siprus, tak ada negara Barat yang melirik sistem pertahanan Rusia.
Ada semacam diskriminasi ekonomi terhadap Rusia. Jauh sebelum Barat meluncurkan sanksi, perusahaan Rusia telah berjuang keras melawan boikot tak tertulis atas produk mereka. Hanya segelintir pencinta senjata di AS yang mengimpor senjata Rusia seperti senapan Kalashnikov, dan jelas mereka tak membeli dalam jumlah banyak.
Peran yang disematkan Barat terhadap Rusia adalah menjadi pelengkap bahan mentah bagi ekonomi Dunia Pertama. Menurut Leonid F. Fitunin, Direktur Pusat Studi Strategis dan Global yang berbasis di Moskow, “Alasan untuk hal ini bukan hanya ketidakmampuan Rusia memproduksi benda berteknologi tinggi untuk bersaing di pasar Barat karena kualitasnya yang dianggap lebih inferior. Tantangan politik, administratif, serta birokratik di Eropa dan Amerika membuat produsen Rusia kesulitan mendukung produsen lokal mereka untuk mengimpor komoditi Rusia yang secara teknis lebih unggul (senjata, turbin, perangkat militer, dan lain-lain). Hal itu kerap dilihat sebagai ancaman keamanan. Bahkan mengimpor minyak dan gas Rusia, yang tak dipermasalahkan pada masa Perang Dingin ketika Rusia masih menjadi negara kuat dan adidaya, kini dilihat sebagai instrumen dominasi dan ketergantungan terhadap Rusia.”