F-35 Joint Strike Fighter (JSF)
F-35 Joint Strike Fighter, juga dikenal sebagai Lightning II, dirancangLockheed Martin sebagai jet tempur siluman multirole generasi kelima. Program Joint Strike Fighter terutama didanai oleh Amerika Serikat, dengan dukungan dari Kanada, Australia, Inggris, Turki, Italia, Belanda, Denmark, dan Norwegia. Washington akan menggunakan F-35 di Angkatan Udara (mulai 2016), Angkatan Laut (2018), dan Korps Marinir (2015) sebagai pengganti penuaan F-16 dan F / A-18. Pesawat ini memang mengundang banyak kontroversi dalam hal penundaan, biaya dan kemampuan. Tetapi sejumlah pihak meyakini pesawat ini akan sangat menakutkan jika sudah masuk dalam operasi nanti.
Seperti F-22, F-35 adalah pesawat siluman yang sulit terdeteksi radar. JSF dapat menyimpan senjata eksternal. Didukung oleh mesin Pratt dan Whitney F-135, JSF memiliki kecepatan maksimum Mach 1,6 dan radius tempur lebih dari 1.100 km.
Salah satu keuntungan atau faktor penentu dari JSF adalah bahwa sejumlah varian yang sedang dibangun, seperti varian dengan kemampuan Vertical Take-Off and Landing (VTOL). Untuk tempur udara ke udara F-35 dilengkapi dengan berbagai senjata seperti AIM-120 AMRAAM dan meriam 25mm General Dynamics GAU-22 / A khusus untuk F-35A. Untuk menyerang target permukaan, F-35 dapat membawa bom dipandu laser Paveway IV dan small diameter bomb. Berbeda dengan F-22, F-35 dapat membawa bom nuklir B61
Jika F-22 Raptor tidak untuk diekpsor, F-35 dijual meski terbatas untuk negara-negara sekutu. Semua negara yang mendanai proyek JSF akan mempekerjakan F-35. Israel, Singapura, Jepang dan Korea Selatan mungkin juga direncanakan akan membeli F-35.