SEJARAH PENGEMBANGAN

P-8A
Mencari pengganti yang baik untuk P-3 adalah tugas sulit. Pentagon menganilisa sejumlah pilihan antara lain P-3 dengan mesin baru, membangun P-3 baru ditunjuk pertama sebagai P-7 dan kemudian sebagai Orion 21 serta membangun MPA yang benar-benar baru.
Setelah perdebatan bertahun-tahun maka dipilihkan Boeing 737-800 sebagai dasar dari platform MPA baru. Pemilihan Boeing 737 masuk akal karena pesawat ini merupakan salah satu pesawat penumpang yang paling banyak diproduksi dengan 1000 lebih telah dipesan. Hal ini berarti akan menjadikan biaya produksi akan lebih rendah dan suku cadang juga mudah serta murah dibandingkan dengan membangun pesawat sendiri.
Tetapi ada masalah, 737 tidak sebaik P-3 pada ketinggian rendah. Hal ini mewajibkan adanya perubahan besar dalam taktik, prosedur penyebaran senjata, suite sensor dan sebagainya.
P-1

Jepang di sisi lain juga memerlukan pengganti yang baik untuk armada besar P-3 mereka. Mereka awalnya juga melihat program P-7 yang dikembangkan Amerika untuk mengganti P-3 mereka. Setelah program P-7 dibatalkan Jepang akhirnya memilih jalan sendiri.
Mereka mengembangkan P-1 sebagai desain baru yang dimaksudkan untuk beroperasi pada ketinggian dan kecepatan rendah seperti pendahulunya, tetapi mampu memanfaatkan keuntungan dari ketinggian yang lebih tinggi. Biaya yang pasti lebih tinggi.
Tetapi Jepang punya satu alasan untuk melakukannya yakni mereka tidak mau melakukan perubahan besar dalam hal taktik, penyebaran senjata dan sebagainya seperti Amerika.