Australia pada Jumat 23 Juni 2017 sepakat untuk mengirim dua pesawat pengintai guna membantu Filipina mengatasi pemberontak.
Filipina menerima tawaran dua pesawat AP-3C Orion untuk menentukan lokasi kelompok pejuang Maute yang terus menguasai kota Marawi selama lima minggu terakhir.
“Ancaman regional dari terorisme, khususnya dari ISIS dan pejuang asing, merupakan ancaman langsung bagi Australia dan kepentingan kita,” kata Menteri Pertahanan Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan.
Bantuan Australia muncul saat kekhawatiran tumbuh Maute dan afiliasinya memiliki desain yang lebih kuat di bagian selatan Filipina daripada yang dibayangkan sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan persiapan dan kemampuan tempur mereka selama berminggu-minggu.
Ancaman tersebut diperkuat oleh terdesaknya ISIS di Suriah dan Irak, dan laporan intelijen menyebutkan mereka mecoba membangun aliansi dan mencari padang rumput baru untuk memproyeksikan agendanya.
Gilbert Gapay, juru bicara militer Filipina, mengatakan bahwa pesawat pengintai akan membantu mengatasi pemberontak di Mindanao, sebuah pulau berpenduduk 22 juta orang, di mana kelompok separatis, bajak laut dan kelompok penculikan telah berkembang selama beberapa dekade.
Dia mengatakan bahwa pertarungan Marawi bukanlah sebuah kegagalan karena militer telah belajar banyak dan menghentikan ISIS untuk mengakar. “Ini memberi gambaran tentang hamparan jaringan mereka,” kata Gapay kepada wartawan sebagaimana dilaporkan Reuters “Mereka tidak akan berkembang lagi di negara kita.”
Namun para ahli keamanan mengatakan bahwa pertempuran tersebut telah mengekspos kegagalan intelijen dan operasional Filipina dan kerja sama terbatasnya dengan negara tetangga Malaysia dan Indonesia untuk menghentikan penyebaran ekstremisme.
Ketiga negara tersebut pada Kamis menyetujui langkah bersama untuk mengumpulkan informasi dan mencoba membendung perekrutan, pergerakan dan pembiayaan kelompok garis keras. Filipina mengatakan bahwa mereka mengetahui 40 kelompok asing di negara ini.
Dukungan Australia mengikuti perjanjian pertahanan Filipina di seluruh Amerika Serikat, yang telah memberikan bantuan teknis melalui para ahli pengawasan dan komunikasi militer yang ditempatkan di kota Zamboanga di Mindanao.
Filipina telah menyambut baik dukungan asing di tengah operasi yang telah menewaskan 67 pasukan mereka. Dari jumlah itu 10 di antaranya tewas karena kesalahan serangan sendiri.
Pasukan Filipina, lebih mahir berperang di hutan dan pegunungan, telah menemukan kesulitan dalam perang kota yang telah menghancurkan sebagian besar Marawi dan mengungsikan hampir 250.000 orang.
Sekitar 300 warga sipil diyakini terjebak atau digunakan sebagai perisai manusia. Warga sipil yang terlibat dalam upaya pertolongan percaya bahwa jumlahnya bisa lebih tinggi.
Pesawat menjatuhkan lebih banyak bom pada Jumat dan tentara berusaha menyingkirkan sekitar 90-100 pemberontak dengan artileri dan tembakan senjata berat. Upaya diperlambat oleh bom yang ditanam jalan dan penembak jitu.