WASHINGTON: Amerika dengan arogan menuduh Korea Utara melakukan hack terhadap Sony Picutres. Tetapi ternyata negara ini pun juga diam-diam menyusup ke dalam sistem komputer Korea Utara empat tahun lalu.
Mengutip mantan pejabat AS dan dokumen Badan Keamanan Nasional (NSA) yang baru saja dirilis, New York Times menjelaskan secara rinci bagaimana agen mata-mata AS pada 2010 menyusup langsung ke sistem komputer Korut lewat jaringan China serta koneksi di Malaysia yang menjadi pilihan para peretas Korut. Satu tindakan yang membuat Washington begitu yakin bahwa Pyongyang berada di balik serangan siber terhadap Sony Pictures, demikian dilaporkan New York Times, Senin (19/01/2015).
Penyusupan yang awalnya untuk mengumpulkan informasi terkait program nuklir negara tersebut, kemudian berubah fokus pada meningkatnya ancaman peretasan Korut, menyusul serangan siber terhadap bank-bank Korea Selatan pada 2013.
Piranti lunak AS yang tersembunyi memberikan peringatan awal terkait aktivitas Korut, dan memberikan bukti yang meyakinkan Presiden Barack Obama bahwa Pyongyang berada di balik peretasan terhadap Sony, kata Times mengutip sumber dekat dengan misi NSA yang tidak disebutkan namanya.
Para penyelidik AS menyimpulkan bahwa para peretas Korut mengambil waktu dua bulan untuk memetakan sistem komputer Sony sebagai persiapan serangan siber terbesar dalam sejarah korporasi AS itu.
Korut membantah keterlibatannya dalam aksi itu, meskipun mereka secara publik mengancam Sony jika merilis film komedi berjudul The Interview yang menceritakan tentang rencana CIA membunuh pemimpin Korut Kim Jong-Un.
Dengan ancaman tersebut serta penyusupan yang sudah dilakukan AS, laporan Times itu mempertanyakan, kenapa NSA tidak bisa memperingatkan Sony sebelumnya.
Menurut salah satu pejabat AS yang dikutip harian itu, badan intelijen AS “tidak bisa benar-benar memahami parahnya” serangan yang datang.
Meskipun piranti keras militer Korut yang konvensional sudah sangat kuno dan tidak canggih, kemampuan perang siber mereka sudah menjadi ancaman serius. Intelijen Korsel yakin bahwa Korut mengoperasikan unit elit perang siber dengan setidaknya 6.000 personel, dilatih dalam program rahasia pemerintah dan militer.
Sejumlah pakar memperkirakan kemampuan siber Korut sangat bergantung pada China, baik dalam hal pelatihan maupun piranti lunak dan keras yang diperlukan.
Menurut mereka raksasa telekomunikasi China Unicom menyediakan dan merawat semua saluran internet dengan Korut, dan beberapa pihak memperkirakan bahwa ribuan peretas Korut beroperasi di China.
Menurut Badan Intelijen Korsel, lebih dari 75 ribu upaya peretasan dilakukan terhadap badan-badan pemerintah Korsel antara 2010 hingga September 2014 –banyak diantaranya diduga berasal dari Pyongyang.
Comments are closed