Amerika Serikat sedang menunggu Thailand untuk mengizinkan penerbangan surveilans AS melalui wilayah udara Thailand guna membantu menemukan orang perahu yang terdampar di laut Asia Tenggara, Departemen Luar Negeri, Kamis 28 Mei 2015.
Penerbangan Angkatan Laut AS, sementara ini masih beroperasi setiap hari dari Subang, Malaysia, sedang bersama dengan mitra regional. Penerbangan dimaksudkan untuk membantu dalam menyelamatkan Muslim Rohingya, yang melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar, dan kemiskinan di Bangladesh. Pada bulan lalu, lebih dari 3.000 orang yang putus asa telah mendarat di pantai Indonesia, Malaysia dan Thailand, dan sementara kedatangan telah melambat, yang lain masih terjebak di laut.
Setelah awalnya enggan membantu para migran, negara-negara di kawasan ini menghadapi kecaman internasional telah meningkatkan bantuan mereka. Thailand akan menjadi tuan rumah pada hari Jumat nanti untuk konferensi internasional mengatasi krisis kemanusiaan.
Sebagaimana dilaporkan Military Times, keengganan Thailand mengizinkan penerbangan AS mengisyaratkan hubungan tidak baik antara mereka. Hubungan tegang sejak kudeta militer tahun lalu mendorong AS untuk menangguhkan bantuan militer. Beberapa warga Thailand juga telah kesal pada panggilan Washington bagi negara-negara untuk membantu kewarganegaraan Rohingya.
Militer AS di masa lalu menggunakan pangkalan udara Thailand di U-Tapao – basis utama AS selama Perang Vietnam – untuk misi kemanusiaan di wilayah tersebut, termasuk tsunami Samudra Hindia 2004.
Departemen itu mengatakan telah secara resmi meminta otorisasi Thailand untuk bisa melakukan penerbangan pengintaian guna membantu dalam menemukan serta menandai posisi kapal migran. Ia mengatakan itu telah melakukan kontak harian dengan pemerintah Thailand tentang permintaan AS dan terus mendiskusikan pilihan untuk kerjasama.
Malaysia dan Indonesia sepakat pekan lalu untuk menampung selama satu tahun para pengungsi. Thailand telah menawarkan “bantuan kemanusiaan” tapi tidak penampungan karena mengaku sudah menjadi tuan rumah lebih dari 100.000 pengungsi, sebagian besar dari kelompok lain etnis Myanmar.
Kedutaan Besar Thailand di Washington mengatakan hari Kamis bahwa AS telah memberitahu tentang kerjasama pada penerbangan pengintaian, tetapi semua di bawah kendali operasional Thailand. Militer Thailand telah mendirikan sebuah pusat operasi untuk melakukan udara dan laut pengawasan dan memberikan bantuan kepada para migran.
“Saya ingin menekankan bahwa Thailand belum menolak permintaan tersebut. Ini adalah permintaan yang baik tapi kami harus mengambil keamanan nasional menjadi pertimbangan,” kata Menteri Luar Negeri Thailand Tanasak Patimapagorn seperti dikutip oleh The Nation, surat kabar Harian Thailand.