Korut: AS-Korsel Berhenti Latihan Perang, Kami Stop Program Nuklir
Airbus A330 MRTT

Korut: AS-Korsel Berhenti Latihan Perang, Kami Stop Program Nuklir

Latihan bersama AS-Korea Selatan
Latihan bersama AS-Korea Selatan

WASHINGTON: Latihan bersama militer Korea Selatan dan Amerika dinilai akan memunculkan destabilisasi di semenanjung Korea. Demikian disampaikan Myong Hun, Wakil Tetap Perwakilan Rakyat Republik Demokratik Korea (DPRK) kepada PBB.

“Latihan skala besar yang diselenggarakan di Korea Selatan adalah akar penyebab ketegangan meningkat di semenanjung Korea, dan bahaya perang nuklir. Hal ini perlu untuk mengatakan tidak ada dialog amanah nyata , atau meningkatkan hubungan antar Korea dalam suasana yang mengerikan di mana latihan perang yang dipentaskan, “kata An Myong Hun Selasa (13/01/2015)

Menurutnya,  pemimpin DPRK Kim Jung Un telah ditunjuk untuk masalah reunifikasi nasional dan untuk meningkatkan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tetapi Amerika Serikat telah campur tangan dalam dialog dan kerjasama antara utara dan selatan.

Perwakilan Korea Utara menekankan bahwa dalam rangka untuk menciptakan lingkungan yang damai di semenanjung Korea  maka dia meminta latihan besar tiap tahun di semenanjung Korea harus dihentikan.

“Kami pemerintah DPRK mengusulkan kepada AS untuk menghentikan sementara latihan militer bersama, yang dilakukan setiap tahun di Korea Selatan. Dan jika hal ini terjadi, kami akan merespon dengan menghentikan sementara uji coba nuklir yang AS prihatin, “kata An Myong Hun.

Korea Utara dan Korea Selatan secara resmi memang masih dalam status perang, karena tidak ada perjanjian damai ditandatangani setelah Perang Korea 1950-1953. Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama tahunan, yang bertujuan untuk kesiapan pengujian untuk melawan invasi potensial dari Utara.

Sementara DPRK mendeklarasikan diri menjadi negara dengan kemampuan nuklir pada tahun 2005 dan telah dilakukan sejak beberapa tes nuklir. Program nuklir negara itu telah memicu protes massa dari masyarakat internasional

Sumber: Ria Novosti